welcome

Welcome Myspace Comments

Kamis, 26 Januari 2012

Trouble Maker (fanfic) part 2

Setelah merenung dalam kepanikan yang luar biasa, goncangan demi goncangan terjadi. Goncangan ini serasa tidak ada habisnya. Aku berpegang erat pada kursiku. Aku mempererat sabuk keselamatan. Dan berdoa dalam hati. Tapi kemudian pesawat kami menghantam lautan dan goncangan yang sangat dahsyat pun terjadi. Kepalaku terantuk ke jendela dan segalanya ... Hitam.


                Dimana aku? Segala yang aku lihat disini .. putih. Tidak ada yang lain disini, dimanapun ini, selain aku. Oh tidak. Apakah ini berarti, hidupku telah berakhir. Tuhan, kenapa kau tidak menyelamatkanku? Mamaaaa, tolong aku! Aku tidak mau berada di tempat ini. Onii! Bawa aku kembali. Aku berlari. Mencoba mencari jalan keluar dari tempat ini. Tapi ke segala arah aku mencari, aku tetap tak menemukan jalan lain.
                Tempat apa ini? Aku tidak mengenalinya. Aku berdiri terpaku dan terdiam. Aku kemudian merasa dunia dan seisinya menjadi suram di ruangan putih ini. Aku kemudian terduduk. Sambil memeluk lutut, aku mulai menyadari. Pipiku sudah basah oleh air mata. Aku menangis.          
                Onii, Mama.. Maafkan aku. Aku tidak bermakud melakukan segala hal yang telah aku lakukan. Aku hanya butuh seseorang yang benar-benar mengerti aku. Aku rasa aku hanya butuh perhatian dari kalian, Onii, Mama. Aku takut. Aku sendirian disini. Temani aku.
                “Miyuki..” terdengar sayup suara seorang wanita. Suara itu terdengar jauh. Tapi aku tak memedulikannya dan tetap menangkupkan wajah sambil memeluk erat lututku.
                “Miyuki..” suara itu terdengar lagi. Tapi kali ini aku yakin, sumber suara itu mendekat. Aku merasa familiar dengan suara itu. Suara siapa?
                “Miyuki..” kali ini suara ini benar-benar dekat. Aku rasa siapapun itu sudah ada di hadapanku saat ini. Akhirnya kuberanikan diri melihat orang itu. Kulepaskan pelukan erat lututku. Dan aku mendongak ke atas.
                “MAMA!!” seketika itu aku berdiri dan memeluknya erat. Aku tidak peduli seberapa hebat  kami bertikai, aku tetap menyayanginya. Kulepaskan semua rasa rinduku padanya. Kucurahkan segala ketakutan yang menyelimutiku selama aku berada di ruang putih ini. Tapi mama hanya berdiri dan diam. Bahkan mama tidak menyambut pelukan erat dariku.
                Kemudian kulepaskan pelukanku dari mama. Tatapan wajahnya kosong. Tapi Ia terlihat begitu cantik. Ia mengenakan baju berwarna putih sama dengan apa yang aku kenakan saat ini. Hanya saja baju yang dipakai mama lebih panjang dari bajuku.
                “Ma.. Mama!” kugoyang-goyangkan tubuhnya. Tapi Ia tetap diam. Kemudian aku melambai di depan wajahnya yang cantik itu. Ia tetap tak bergerak, dan pandangan kosong di wajahnya itu mulai membuatku takut lagi.
                “Mama kenapa?” kataku panik. Aku mulai meneteskan air mata lagi. Ia tetap tidak bergerak. Karena aku sangat sedih. Aku kembali terduduk dan membenamkan wajahku. Dan terus menangis. Kali ini aku benar-benar menangis, histeris.
                Aku ingin pergi dari dunia ini! Apapun ini! Siapapun tolong aku! Aku merasa tak berdaya. Tidak ada orang lain selain aku dan Mama di ruang putih tanpa perabot ini.
                Kemudian aku mendengar sebuah suara lagi. Kali ini aku langsung mengenali suara ini. Dan ini adalah suara seorang lelaki. Ini pasti suara Onii. Kali ini aku tidak langsung mendongak ke atas untuk melihat siapa yang memanggilku. Aku menunggu sampai suara itu dekat. Dan siapa tahu, jika saja aku tidak menjawabnya, suara ini akan hidup dan benar-benar seorang manusia yang akan aku lihat. Yang bisa menyambut pelukanku, dan membalas apapun yang aku katakan.
                “Miyuki..” suara itu semakin dekat.
                “Miyuki..” makin dekat. Dan aku benar-benar akan menjalankan rencanaku untuk tidak menyahutinya.
                ‘Miyuki..” orang yang memanggilku ini sudah berada di depanku sekarang. Tapi aku tidak mau mendongak dan melihat apakah orang ini benar Onii. Aku tidak mau kali ini Onii akan terdiam tanpa kata sama seperti Mama. Tapi apa yang akan aku lakukan? Aku tidak bisa terus diam dengan semua suara ini memanggilku. Aku harus menjawabnya.
                Sama seperti tadi, kucoba memberanikan diri untuk melihat pemilik suara itu. Aku mengehentikan tangisku dan mendongak dengan sangat perlahan. Dari ujung kaki aku sudah dapat merasakan bahwa orang yang berdiri di hadapanku ini adalah Onii.
                Dia juga memakai celana putih dan kemeja berwarna putih. Sepatunya juga putih. Aku kemudian melihat wajahnya. Dan apa yang terjadi adalah aku menemukan wajah dengan ekspresi datar sama seperti ekspresi yang diberikan Mama kepadaku tadi. Aku berdiri dan yang kutemukan juga kekosongan pada sorot mata kakakku. Tuhan, apa maksud semua ini?
                Aku berdiri dan tertunduk. Mama, Onii.. Aku merindukan kalian. Jika memang benar ini berarti hidupku telah berakhir, aku hanya ingin meminta maaf kalian. Selama ini aku hanya bisa merepotkan kalian. Aku bukan anak yang baik. Aku sangat manja. Aku belum bisa membanggakan kalian. Tapi mungkin sekarang aku akan menjalani hari baru. Aku akan menyusul Papa. Sebentar lagi aku pasti bertemu dengannya. Mama, Onii, jangan lupakan aku ya.. Aku berdoa dalam hati dan kemudian menegakkan kepala dan tersenyum.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THANK-YOU

Thank You Myspace Comments